Kamis, 17 Mei 2012

NOVEL


SURAT UNTUK IBU
Matahari menyinari semua isi di bumi ini sehingga sinarmu mampu memasuki jendelaku sehingga membuatku terbangun dari tidurku....
“Sanita bangun hari sudah pagi masak kalah sama ayam, ayam saja udah berkokok jam 04:00 masak kamu jam segini belum bangun. Ayo cepat bangun.....”
“Sanita masih ngantuk mam,,,,, ,,,”
“Ayo bangun masak gadis cantik mama malas-malasan ditempat tidur... Katanya mau beli tiket hari ini nanti keburu siang tiketnya ntar habis”
“Ya  sanita lupa mam....makasih ya mam udah diingetin ” sambil mencium pipi mamanya dan pergi ke kamar mandi
Kebiasaan sanita setiap mandi pasti lupa untuk bawa handuk. Santi adalah mamanya sanita, santi orangnya disiplin dan baik hati.
“Mama....mama....mama.....”
“Ada apa sanita kok teriak-teriak kayak gitu bikin mama kaget aja, pasti gak bawa handuk ya....”
Sanita Cuma ketawa’’’’  ” ya mam...”
“Kan mama udah bilang di biasakan bawa handuk sebelum masuk kekamar mandi, gimana nanti kalau kamu udah dijakarta disana tidak ada mama yang bisa ngambiliin handukmu ”
“Ya mamaku tersayang.....”
Setelah sanita sarapan dia langsung pergi untuk beli tiket, Sanita adalah anak tunggal dia sangat dimanja oleh papa dan mamanya. mamanya sedang duduk didepan televisi  dia sedih karena sebentar lagi anak kesayanganya akan kuliah ke luar kota yaitu ke jakarta. Tiba-tiba sanita datang dia menghempaskan tubuhnya ke sofa
“Huhf.... capek nunggu antrian tiket untung  sanita masih bisa beli tiketnya tadi hampir habis terjual mam....”
“Apa mama bilang makanya kalau bangun itu jangan kesiangan.... kapan kamu berangkatnya?”
“Lusa mam... emang kenapa mam..? pasti mama gak mau pisah dari sanita ya....”
“Jangan GeeR kamu sambil mencubit pipi anaknya, udah disiapin semua barang-brangmu yang mau dibawa...”
“Kan ada bi inah... mam...”
“Kamu harus belajar mandiri sayang nanti dijakarta kamu sendirian tidak ada bi inah yang bantuin kamu... belajar untuk mengerjakan sendiri ya sayang...”
“Mama... mesti gitu ngomonya... ya udah sanita mau kekamar aja...”  sanita langsung masuk kekamarnya dan menutup pintu dengan keras.
“Sanita,,,,,,,,”
Pada jam 17:00 sore anton pulang dari kantor, anton adalah papanya sanita.
“Selamat sore mama.... lho kenapa kok mukanya murung gitu ada apa ci ma...?”
“Sanita pa...”
“Ada apa dengan sanita ma,,, mama sedih karena sanita lusa mau berangkat?”
“Bukan itu pa... sanita ngambek karena tadi mama nasehatin agar dia bisa mandiri, sebentar lagi dia kan mau kuliah pa... tidak akan bersama kita. yang bisa ngerjakan semua kegiatanya. Mama khawatir kalau sanita selalu tergantung pada kita, apa-apa bi inah yang disuruh ngerjakan itu-inilah. Bagaimana nanti kalau sudah di jakarta, pasti kan sendirian pa....”
“Owh... itu permasalahanya, mama tenang aja papa yakin sanita akan berubah dan bisa hidup mandiri ma....”
“Papa yakin sanita akan bisa mengerjakan itu semua?”
“Papa yakin ma... ya sudah papa mau ke kamarnya sanita dulu”
Anton sangat sayang pada anita, dan antonlah yang memanjakan sanita.
“Tok... tok... tok...”
“Sanita sayang bukain pintunya dong......”
“Mama jahat pada sanita.... sanita gak mau keluar.....”
“Ayo dong sayang..... masak gak kasihan sama papa berdiri diluar....”
Tiba-tiba sanita membuka pintunya dan papanya masuk kedalam kamarnya.
“Tumben sanita tidak menunggu papa pulang...., kenapa cemberut gitu mukanya... nanti gak cantik lagi lho....  sini sayang papa kangen banget sama sanita”
Sanita dipeluk oleh anton dan dicium keningnya, tiba-tiba anton melanjutkan pembicaraanya..
“Sanita kenapa murung di kamar? Kan biasanya ada diruang depan nunggu papa pulang dari kantor...”
“Sanita benci sama mama...”
“Lho.. sanita tidak boleh begitu itu kan mamanya sanita, sanita tidak boleh benci sama mama nanti siapa yang mau ngambilin handuk buat sanita,  kalau sanita  lupa bawa handuk . emang mama ngomong apa kok sampek sanita membenci mama?”
“Tadi mama nyalahin sanita karena sanita nyuruh-nyuruh Bi inahuntuk menyiapkan barang-barang sanita, terus mama bilang sanita jadi anak harus mandiri, itluah- inilah...”
“Mama bilang begitu... jadi sanita ngambek, papa kasih tau ya... kenapa mama bilang seperti itu kepada sanita karena mama sayang sama sanita, mama itu tidak mau sanita tidak bisa mandiri dan tergantung pada orang lain makanya mama bilang seperti itu sayang....”
“Jadi begitu, emang mama sama papa tidak mau menolong sanita gitu.....”
“Bukan gitu sayang kalau nanti sanita dijakarta pasti akan merasakan bagaimana harus hidup mandiri tanpa orang tua. Buktikan ne omonganya papa, sanita akan menyadari endiri kalau nasehatnya mama benar.”
“Ya sudah sanita mau minta maaf sama mama...”
“Nah gitu dong baru anaknya papa... ya sudah sana temui mamamu...”
“Oke pa...”
Sanita keluar untuk menemui mamanya, sedangkan anton pergi kekamarnya untuk mandi. Santi sedang duduk di sofa sambil menatap televisi.
“Mama... sanita minta maaf...”
Santi tersenyum pada anaknya. “Ke  Sini sayang mama juga minta maaf sudah marahin sanita tadi....”
“Sanita kok yang salah ma....”
“Ya udah gak apa-apa.... besok jadi mau ke butik?”
“Gak jadi ma...sanita pengen bersama mama dan papa sebelum sanita berangkat...”
“Ya sudah... tumben sanita gak mau keluar...”
Sanita Cuma senyum-senyum...
Pada keesokan harinya sanita sudah bangun jam 7 pagi
“Tumben sanita bangun pagi?”  kata papanya
“Ya dong... kan sanita bentar lagi mau jadi mahasiswi.. hehehehe...”
“Tambah pintar anak papa sekarang.....”
“Papa untuk hari ini tidak usah kekanntor ya...?”
“Kenapa sayang? Kan papa harus kekantor hari ini”
“Untuk hari ini saja pa... kan besok sanita sudah mau berangkat...Sanita pengen bersama papa dan mama please pa....”
“Ya sudah papa mau nelpon kekantor dulu...”
Santi datang menghampiri meja makan “ lho... papa kok belum berangkat?”
“Tuh... sanita yang melarang papa pergi...”
“Emang kenapa sayang? Santi bertanya pada sanita”
“Gini ma.. sanita kan besok mau berangkat, kan Cuma hari ini sanita ada disini, sanita ingin menikmati kesempatan hari ini sama papa dan mama makanya papa sekarang gak usah kekantor...”
“Ya sudah biar papa ganti baju dulu...”
Setelah semuanya sarapan sanita  mengajak papa dan mamanya jalan-jalan ke kebunya yang terletak dibelakang rumahnya        
“pa, ma ayok jalan-jalan kekebun kan sudah lama tidak jalan-jalan bersama kapan lagi kalau gak sekarang kan sanita besok sudah tidak ada”
 “Benar juga kata sanita pa, ayok pa.....”
Anton,santi dan sanita pergi kekebun mereka bercanda tawa dan berlari-lari, mereka sangat bahagia waktu di kebun.
“papa dan mama besok kalau sanita pergi jangan menangis ya...”
“anton” Kenapa sanita bilang seperti itu kan sanita mau kuliah demi kebaekan sanita papa dan mama tidak akan nangis sayang....
“sudah siang ne,,, kita pulang yuk...”
Setelah tiba dirumahnya tiba-tiba sanita memeluk anton dan santi. “ kenapa sayang kok tumben kayak gini? Kata santi
“sanita pengen memeluk papa dan mama karena besok sanita akan pergi...”
“Tapi kan nanti papa dan mama akan sering-sering  pergi kesana untuk melihat sanita. Iya kan pa...”
“Iya sayang.....”
Setelah malam tiba, sanita pergi kekamar papanya...
“papa... mama...bukain pintu....” sambil mengedor pintu
“ada apa sayang ”  anton
“sanita mau tidur sama papa dan mama boleh kan....” sambil masuk membawa bonekanya
“Selamat malam mama... sanita boleh tidur disini kan?  Sanita pengen tidur sama mama dan papa”
“ya boleh dong sayang,  sanita ditengah saja ya...”
“ya dong ma....”
Jam dinding berbunyi menunjukkan jam 06:00 pagi, santi bangun dan melihat sanita dan anton tidur dengan pulas.
“pa bangun sudah pagi,... sayang bangun sudah pagi kan sebentar lagi mau berangkat ayo cepat mandi”
“ya ma....”  sanita langsung kekamar mandi tanpa membawa handuk, santi melihat anaknya masuk kekamar mandi dan santi langsung mengambil handuk buat sanita.
“sayang lupa bawa handuk ya... ne mama ambilkan jandukmu”
“makasih ma...”
Setelah selesai mandi semuanya berkumpul diruang makan untuk sarapan pagi
“ma... pa... sudah jam 07:00 ne ayok anterin sanita ke bandara”
 santi mencengah sanita untuk keluar duluan.
“sayang sarapan dulu...”
“sanita sudah terlambat ma....” sambil meminum kopi
“papa tunggu di mobil ya...” anton keluar sambil mengambil kunci
“ayo sayang biar bi inah aja yang mempersiapkan di luar” santi
Semua barang-barangnya sanita sudah di masukkan ke dalam bekasi, dan siap untuk berangkat kebandara, sanita sama santi berpamitan pada bi inah.
“bi inah saya mau nganterin sanita dulu jaga rumah baek-baek ya...”
“iya nyonya...hati-hati di jalan, non sanita baek-baek ya disana..”
“makasih ya bi....” sanita
“iya non....”
Sanita dan santi masuk kedalam mobil sambil melambaikan tangan kepada para pembantunya. Beberapa menit kemudian tiba di bandara semua barang sudah diturunkan dan sanita pamit pada orangtuanya.
“pa..,ma... sanita berangkat dulu ya, nanti kalau sanita harus jauh dari mama dan papa, sanita harap mama dan papa jangan sedih...”
“kenapa sanita berbicara seperti itu....”
Sanita memeluk mamanya sambil menangis. “sanita minta maaf ya ma.. sanita sudah banyak salah kepada mama.”
“ya sayang mama juga minta maaf ya...”
Santi melepaskan pelukanya dan anton langsung memeluk sanita dengan erat.
“sayang maafin papa ya...”
“maafin sanita juga pa,, selama ini sanita banyak salah sama papa.”
Anton menghapus air mata sanita dengan kasih sayang, pengumuman pesawat mengingatkan anton dan santi bahwa sanita segera berangkat. Sanita menaiki pesawat dengan melambaikan tangan dan air mata mengalir di pipinya. Setelah pesawatnya berangkat, santi dan anton kembali ke mobil menuju kerumahnya untuk mengantar santi.
“kok perasaanya mama tidak enak ya pa...”
“mungkin mama terlalu mengkhawatirkan sanita, sudahlah ma...”
“ya mungkin pa...”
Setelah sampai dirumah santi merebahkan tubuhnya ke sofa, karena haus santi ke dapur buat jus untuk anton juga. Santi tidak sengaja menyenggol gelas sampek terjatuh dan pecah. Anton menghampirinya dengan panik.
“ada apa ma....?”
“pa ada apa ini kok hatinya mama tidak tenang..”
“sudah gak usah berpikir yg macam-macam”
Setelah pesawat berada ditengah perjalanan sanita sakit peru dan tenggorakanya terasa sakit dan sulit untuk bernafas, sedangkan pramunigarinya bingung dan menelpon bagian menangani masalah kesehatan.
Setelah tiba di rumah sakit bandara  sanita diperiksa sama dokter, ternyata sanita sudah tidak tertolong lagi. Kedua orangtua sanita ditelepon pihak rumah sakit.
“ini betul dengan bapak anton?”
“iya betul,,,,”
“saya dari pihak rumah sakit memberitahukan bahwa putri anak ada di rumah sakit bandara.”
“apa.... emang anak saya kenapa suster?”
“Sebaiknya bapak dan ibu datang saja kesini,maaf putri bapak tidak bisa tertolong.””
“tidak mungkin suster anak saya tidak sakit apa-apa.”
“sebaiknya bapak datang kesini.”
Anton berteriak dengan mengatakan tidak mungkin, sedangkan santi bertanya-tanya pada anton
“ada apa dengan sanita pa...?
“sanita ma....”
“kenapa dengan sanita pa...”
“sanita ada dirumah sakit dan suster bilang sanita tidak bisa diselamatkan”
“apa...”
Santi pingsan karena mendengar putrinya meninggal, setelah beberapa menit santi sadar dan menangis sambil memanggil sanita.
“mama sudah sadar...?”
“sanita pa.. mama mau lihat sanita”
“mama disini saja ya biar papa yang kerumah sakit, mama masih lemes.”
“mama mau ikut pa... pokoknya mama mau ikut.”
Terpaksa santi ikut kerumah sakit meskipun kondisinya lemah. Setelah tiba dirumah sakit anton bertanya pada recepcionist kamar yang ditempati sanita, setelah tiba UGD sanita sudah ditutupi dengan kain kafan. Santi tambah histeris melihat anaknya sudah meninggal, sedangkan anton menanyakan apa sebabnya sanita meninggal.
“Dok, kenapa anak saya?”
“putri bapak mengalami penyakit maag.”
“maag? Setahu saya sanita baik-baik saja tidak pernah mengeluh sakit dok. Dan saya selalu memantau makanya.”
“Putri bapak belum makan tetapi minum kopi itu penyebabnya sehingga sat kandungan kopi merusak lambungnya. Bapak yang sabar ya,,,,”
“makasih dok...”
Jenazah sanita dibawa pulang untuk dimakamkan, setelah selesai pemandian dan semua sudah siap dilaksanakan untuk dimakamkan. Santi tidak berhenti menangis dan memanggil sanita. Anton menghibur istrinya biar tetap tegar dan tabah.
“sudahlah ma... kasihan sanita kalau mama seperti ini terus nanti sanita tidak tenang disana. Mama masih ingat apa yang sanita bilang kepada kita. nanti kalau sanita pergi mama dan papa jangan sedih ya..., sanita sudah pamit kepada kita ma...”
“ini semua salahnya mama pa...., mama tidak memaksa sanita untuk makan dulu sebelum berangkat.”
“jangan menyalahkan diri sendiri ma..., itu sudah takdir tidak ada yang bisa mengetahuinya ma...”
Segala sesuatu yang terjadi semua adalah suratan takdir.
                                      SEKIAN!!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar