SURAT
UNTUK IBU
Matahari
menyinari semua isi di bumi ini sehingga sinarmu mampu memasuki jendelaku sehingga
membuatku terbangun dari tidurku....
“Sanita
bangun hari sudah pagi masak kalah sama ayam, ayam saja udah berkokok jam 04:00
masak kamu jam segini belum bangun. Ayo cepat bangun.....”
“Sanita
masih ngantuk mam,,,,, ,,,”
“Ayo
bangun masak gadis cantik mama malas-malasan ditempat tidur... Katanya mau beli
tiket hari ini nanti keburu siang tiketnya ntar habis”
“Ya
sanita lupa mam....makasih ya mam udah
diingetin ” sambil mencium pipi mamanya dan pergi ke kamar mandi
Kebiasaan sanita
setiap mandi pasti lupa untuk bawa handuk. Santi adalah mamanya sanita, santi
orangnya disiplin dan baik hati.
“Mama....mama....mama.....”
“Ada
apa sanita kok teriak-teriak kayak gitu bikin mama kaget aja, pasti gak bawa
handuk ya....”
Sanita
Cuma ketawa’’’’ ” ya mam...”
“Kan
mama udah bilang di biasakan bawa handuk sebelum masuk kekamar mandi, gimana
nanti kalau kamu udah dijakarta disana tidak ada mama yang bisa ngambiliin handukmu
”
“Ya
mamaku tersayang.....”
Setelah
sanita sarapan dia langsung pergi untuk beli tiket, Sanita adalah anak tunggal
dia sangat dimanja oleh papa dan mamanya. mamanya sedang duduk didepan
televisi dia sedih karena sebentar lagi
anak kesayanganya akan kuliah ke luar kota yaitu ke jakarta. Tiba-tiba sanita
datang dia menghempaskan tubuhnya ke sofa
“Huhf....
capek nunggu antrian tiket untung sanita
masih bisa beli tiketnya tadi hampir habis terjual mam....”
“Apa
mama bilang makanya kalau bangun itu jangan kesiangan.... kapan kamu
berangkatnya?”
“Lusa
mam... emang kenapa mam..? pasti mama gak mau pisah dari sanita ya....”
“Jangan
GeeR kamu sambil mencubit pipi anaknya, udah disiapin semua barang-brangmu yang
mau dibawa...”
“Kan
ada bi inah... mam...”
“Kamu
harus belajar mandiri sayang nanti dijakarta kamu sendirian tidak ada bi inah
yang bantuin kamu... belajar untuk mengerjakan sendiri ya sayang...”
“Mama...
mesti gitu ngomonya... ya udah sanita mau kekamar aja...” sanita langsung masuk kekamarnya dan menutup
pintu dengan keras.
“Sanita,,,,,,,,”
Pada jam 17:00 sore
anton pulang dari kantor, anton adalah papanya sanita.
“Selamat
sore mama.... lho kenapa kok mukanya murung gitu ada apa ci ma...?”
“Sanita
pa...”
“Ada
apa dengan sanita ma,,, mama sedih karena sanita lusa mau berangkat?”
“Bukan
itu pa... sanita ngambek karena tadi mama nasehatin agar dia bisa mandiri,
sebentar lagi dia kan mau kuliah pa... tidak akan bersama kita. yang bisa
ngerjakan semua kegiatanya. Mama khawatir kalau sanita selalu tergantung pada
kita, apa-apa bi inah yang disuruh ngerjakan itu-inilah. Bagaimana nanti kalau
sudah di jakarta, pasti kan sendirian pa....”
“Owh...
itu permasalahanya, mama tenang aja papa yakin sanita akan berubah dan bisa
hidup mandiri ma....”
“Papa
yakin sanita akan bisa mengerjakan itu semua?”
“Papa
yakin ma... ya sudah papa mau ke kamarnya sanita dulu”
Anton sangat sayang
pada anita, dan antonlah yang memanjakan sanita.
“Tok...
tok... tok...”
“Sanita
sayang bukain pintunya dong......”
“Mama
jahat pada sanita.... sanita gak mau keluar.....”
“Ayo
dong sayang..... masak gak kasihan sama papa berdiri diluar....”
Tiba-tiba
sanita membuka pintunya dan papanya masuk kedalam kamarnya.
“Tumben
sanita tidak menunggu papa pulang...., kenapa cemberut gitu mukanya... nanti
gak cantik lagi lho.... sini sayang papa
kangen banget sama sanita”
Sanita dipeluk oleh
anton dan dicium keningnya, tiba-tiba anton melanjutkan pembicaraanya..
“Sanita
kenapa murung di kamar? Kan biasanya ada diruang depan nunggu papa pulang dari
kantor...”
“Sanita
benci sama mama...”
“Lho..
sanita tidak boleh begitu itu kan mamanya sanita, sanita tidak boleh benci sama
mama nanti siapa yang mau ngambilin handuk buat sanita, kalau sanita
lupa bawa handuk . emang mama ngomong apa kok sampek sanita membenci
mama?”
“Tadi
mama nyalahin sanita karena sanita nyuruh-nyuruh Bi inahuntuk menyiapkan
barang-barang sanita, terus mama bilang sanita jadi anak harus mandiri, itluah-
inilah...”
“Mama
bilang begitu... jadi sanita ngambek, papa kasih tau ya... kenapa mama bilang
seperti itu kepada sanita karena mama sayang sama sanita, mama itu tidak mau
sanita tidak bisa mandiri dan tergantung pada orang lain makanya mama bilang
seperti itu sayang....”
“Jadi
begitu, emang mama sama papa tidak mau menolong sanita gitu.....”
“Bukan
gitu sayang kalau nanti sanita dijakarta pasti akan merasakan bagaimana harus
hidup mandiri tanpa orang tua. Buktikan ne omonganya papa, sanita akan
menyadari endiri kalau nasehatnya mama benar.”
“Ya
sudah sanita mau minta maaf sama mama...”
“Nah
gitu dong baru anaknya papa... ya sudah sana temui mamamu...”
“Oke
pa...”
Sanita
keluar untuk menemui mamanya, sedangkan anton pergi kekamarnya untuk mandi.
Santi sedang duduk di sofa sambil menatap televisi.
“Mama...
sanita minta maaf...”
Santi tersenyum pada
anaknya. “Ke Sini sayang mama juga minta
maaf sudah marahin sanita tadi....”
“Sanita
kok yang salah ma....”
“Ya
udah gak apa-apa.... besok jadi mau ke butik?”
“Gak
jadi ma...sanita pengen bersama mama dan papa sebelum sanita berangkat...”
“Ya
sudah... tumben sanita gak mau keluar...”
Sanita Cuma
senyum-senyum...
Pada keesokan harinya
sanita sudah bangun jam 7 pagi
“Tumben
sanita bangun pagi?” kata papanya
“Ya
dong... kan sanita bentar lagi mau jadi mahasiswi.. hehehehe...”
“Tambah
pintar anak papa sekarang.....”
“Papa
untuk hari ini tidak usah kekanntor ya...?”
“Kenapa
sayang? Kan papa harus kekantor hari ini”
“Untuk
hari ini saja pa... kan besok sanita sudah mau berangkat...Sanita pengen
bersama papa dan mama please pa....”
“Ya
sudah papa mau nelpon kekantor dulu...”
Santi datang
menghampiri meja makan “ lho... papa kok belum berangkat?”
“Tuh...
sanita yang melarang papa pergi...”
“Emang
kenapa sayang? Santi bertanya pada sanita”
“Gini
ma.. sanita kan besok mau berangkat, kan Cuma hari ini sanita ada disini,
sanita ingin menikmati kesempatan hari ini sama papa dan mama makanya papa
sekarang gak usah kekantor...”
“Ya
sudah biar papa ganti baju dulu...”
Setelah semuanya
sarapan sanita mengajak papa dan mamanya
jalan-jalan ke kebunya yang terletak dibelakang rumahnya
“pa,
ma ayok jalan-jalan kekebun kan sudah lama tidak jalan-jalan bersama kapan lagi
kalau gak sekarang kan sanita besok sudah tidak ada”
“Benar juga kata sanita pa, ayok pa.....”
Anton,santi dan
sanita pergi kekebun mereka bercanda tawa dan berlari-lari, mereka sangat
bahagia waktu di kebun.
“papa
dan mama besok kalau sanita pergi jangan menangis ya...”
“anton”
Kenapa sanita bilang seperti itu kan sanita mau kuliah demi kebaekan sanita
papa dan mama tidak akan nangis sayang....
“sudah
siang ne,,, kita pulang yuk...”
Setelah tiba
dirumahnya tiba-tiba sanita memeluk anton dan santi. “ kenapa sayang kok tumben
kayak gini? Kata santi
“sanita
pengen memeluk papa dan mama karena besok sanita akan pergi...”
“Tapi
kan nanti papa dan mama akan sering-sering
pergi kesana untuk melihat sanita. Iya kan pa...”
“Iya
sayang.....”
Setelah malam tiba,
sanita pergi kekamar papanya...
“papa...
mama...bukain pintu....” sambil mengedor pintu
“ada
apa sayang ” anton
“sanita
mau tidur sama papa dan mama boleh kan....” sambil masuk membawa bonekanya
“Selamat
malam mama... sanita boleh tidur disini kan?
Sanita pengen tidur sama mama dan papa”
“ya
boleh dong sayang, sanita ditengah saja
ya...”
“ya
dong ma....”
Jam dinding berbunyi
menunjukkan jam 06:00 pagi, santi bangun dan melihat sanita dan anton tidur
dengan pulas.
“pa
bangun sudah pagi,... sayang bangun sudah pagi kan sebentar lagi mau berangkat
ayo cepat mandi”
“ya
ma....” sanita langsung kekamar mandi
tanpa membawa handuk, santi melihat anaknya masuk kekamar mandi dan santi
langsung mengambil handuk buat sanita.
“sayang
lupa bawa handuk ya... ne mama ambilkan jandukmu”
“makasih
ma...”
Setelah selesai mandi
semuanya berkumpul diruang makan untuk sarapan pagi
“ma...
pa... sudah jam 07:00 ne ayok anterin sanita ke bandara”
santi mencengah sanita untuk keluar duluan.
“sayang
sarapan dulu...”
“sanita
sudah terlambat ma....” sambil meminum kopi
“papa
tunggu di mobil ya...” anton keluar sambil mengambil kunci
“ayo
sayang biar bi inah aja yang mempersiapkan di luar” santi
Semua
barang-barangnya sanita sudah di masukkan ke dalam bekasi, dan siap untuk
berangkat kebandara, sanita sama santi berpamitan pada bi inah.
“bi
inah saya mau nganterin sanita dulu jaga rumah baek-baek ya...”
“iya
nyonya...hati-hati di jalan, non sanita baek-baek ya disana..”
“makasih
ya bi....” sanita
“iya
non....”
Sanita dan santi
masuk kedalam mobil sambil melambaikan tangan kepada para pembantunya. Beberapa
menit kemudian tiba di bandara semua barang sudah diturunkan dan sanita pamit
pada orangtuanya.
“pa..,ma...
sanita berangkat dulu ya, nanti kalau sanita harus jauh dari mama dan papa,
sanita harap mama dan papa jangan sedih...”
“kenapa
sanita berbicara seperti itu....”
Sanita memeluk
mamanya sambil menangis. “sanita minta maaf ya ma.. sanita sudah banyak salah
kepada mama.”
“ya
sayang mama juga minta maaf ya...”
Santi melepaskan
pelukanya dan anton langsung memeluk sanita dengan erat.
“sayang
maafin papa ya...”
“maafin
sanita juga pa,, selama ini sanita banyak salah sama papa.”
Anton
menghapus air mata sanita dengan kasih sayang, pengumuman pesawat mengingatkan
anton dan santi bahwa sanita segera berangkat. Sanita menaiki pesawat dengan
melambaikan tangan dan air mata mengalir di pipinya. Setelah pesawatnya
berangkat, santi dan anton kembali ke mobil menuju kerumahnya untuk mengantar
santi.
“kok
perasaanya mama tidak enak ya pa...”
“mungkin
mama terlalu mengkhawatirkan sanita, sudahlah ma...”
“ya
mungkin pa...”
Setelah
sampai dirumah santi merebahkan tubuhnya ke sofa, karena haus santi ke dapur
buat jus untuk anton juga. Santi tidak sengaja menyenggol gelas sampek terjatuh
dan pecah. Anton menghampirinya dengan panik.
“ada
apa ma....?”
“pa
ada apa ini kok hatinya mama tidak tenang..”
“sudah
gak usah berpikir yg macam-macam”
Setelah
pesawat berada ditengah perjalanan sanita sakit peru dan tenggorakanya terasa
sakit dan sulit untuk bernafas, sedangkan pramunigarinya bingung dan menelpon bagian
menangani masalah kesehatan.
Setelah
tiba di rumah sakit bandara sanita
diperiksa sama dokter, ternyata sanita sudah tidak tertolong lagi. Kedua
orangtua sanita ditelepon pihak rumah sakit.
“ini
betul dengan bapak anton?”
“iya
betul,,,,”
“saya
dari pihak rumah sakit memberitahukan bahwa putri anak ada di rumah sakit
bandara.”
“apa....
emang anak saya kenapa suster?”
“Sebaiknya
bapak dan ibu datang saja kesini,maaf putri bapak tidak bisa tertolong.””
“tidak
mungkin suster anak saya tidak sakit apa-apa.”
“sebaiknya
bapak datang kesini.”
Anton
berteriak dengan mengatakan tidak mungkin, sedangkan santi bertanya-tanya pada
anton
“ada
apa dengan sanita pa...?
“sanita
ma....”
“kenapa
dengan sanita pa...”
“sanita
ada dirumah sakit dan suster bilang sanita tidak bisa diselamatkan”
“apa...”
Santi
pingsan karena mendengar putrinya meninggal, setelah beberapa menit santi sadar
dan menangis sambil memanggil sanita.
“mama
sudah sadar...?”
“sanita
pa.. mama mau lihat sanita”
“mama
disini saja ya biar papa yang kerumah sakit, mama masih lemes.”
“mama
mau ikut pa... pokoknya mama mau ikut.”
Terpaksa
santi ikut kerumah sakit meskipun kondisinya lemah. Setelah tiba dirumah sakit
anton bertanya pada recepcionist kamar yang ditempati sanita, setelah tiba UGD
sanita sudah ditutupi dengan kain kafan. Santi tambah histeris melihat anaknya
sudah meninggal, sedangkan anton menanyakan apa sebabnya sanita meninggal.
“Dok,
kenapa anak saya?”
“putri
bapak mengalami penyakit maag.”
“maag?
Setahu saya sanita baik-baik saja tidak pernah mengeluh sakit dok. Dan saya
selalu memantau makanya.”
“Putri
bapak belum makan tetapi minum kopi itu penyebabnya sehingga sat kandungan kopi
merusak lambungnya. Bapak yang sabar ya,,,,”
“makasih
dok...”
Jenazah
sanita dibawa pulang untuk dimakamkan, setelah selesai pemandian dan semua
sudah siap dilaksanakan untuk dimakamkan. Santi tidak berhenti menangis dan
memanggil sanita. Anton menghibur istrinya biar tetap tegar dan tabah.
“sudahlah
ma... kasihan sanita kalau mama seperti ini terus nanti sanita tidak tenang
disana. Mama masih ingat apa yang sanita bilang kepada kita. nanti kalau sanita
pergi mama dan papa jangan sedih ya..., sanita sudah pamit kepada kita ma...”
“ini
semua salahnya mama pa...., mama tidak memaksa sanita untuk makan dulu sebelum
berangkat.”
“jangan
menyalahkan diri sendiri ma..., itu sudah takdir tidak ada yang bisa
mengetahuinya ma...”
Segala sesuatu yang
terjadi semua adalah suratan takdir.
SEKIAN!!!!